By: @Flow_Lea
Aku tak tahu kapan
tepatnya aku mengenal dia, murid baru
yang masuk di kelasku .Yang ku ingat waktu itu aku masih duduk di kelas 2 SMU.
Aku dengar dia dapat beasiswa sehingga bisa masuk SMU 34. Salah satu SMU
favorit di Jakarta.
Sejak cewek itu
masuk, semuanya berubah. Dia saingan terberatku di kelas. Sebelum ada dia.
Nilaiku selalu lebih unggul dibandingkan teman-teman di kelasku.Walaupun aku bukan
cowok populer, temanku tidak banyak karena aku pemalu, jarang belajar dan
sering tertidur di kelas, tapi nilaiku tak pernah kurang dari 8. Aku jago
pelajaran ekonomi. Setiap ada lomba bidang studi ekonomi pasti aku yang selalu
diminta untuk mewakili kelasku.
Namanya Tiana....Setiana Dewi
Dia sangat
pintar...Di semua pelajaran dia selalu unggul .Tapi aku kurang menyukainya .Dia
tidak jelek kok..cantik malah. ramah, rambutnya panjang selalu diikat rapi , walaupun aku lebih suka
kalau rambutnya di urai.Tambah cantik. Tapi sejak ada Tiana , dia jadi favorit
semua guru, favorit semua teman kelasku yang butuh contekan PR atau tempat bertanya kalau ada pelajaran yang
tidak mengerti. Dulu, aku yang di posisi
itu, namun sekarang...apakah aku iri? Ya memang aku iri pada gadis itu.
“Afgan.” Gadis berambut panjang itu memanggil dan menepuk punggungku dan tanpa
kupersilahkan dia sudah duduk disebelahku. Membuyarkan kosentrasi ku yang sedang
mendengar lagu favoritku.
“Lagi dengar
lagu apa?”Tanya Tiana.
“Ya?” aku
membuka earphone tanpa menoleh padanya.“Oh..lagu coldplay. Ada apa?”
“Pak Anwar kasih
tugas kelompok projek akhir , Kamu mau kan masuk kelompokku?” Tanya Tiana
“Hmmmm...maaf
aku sudah masuk grup nya Fajar.Sorry ya.” Jawabku datar. Hati ku jadi tak enak.Kenapa aku harus
berbohong? Padahal aku belum masuk grup manapun.
Terlihat mimik
kecewa di wajah gadis itu. Namun dia tetap tersenyum. “Okey, ga papa kok. “
Namanya Afgan...Afgansyah Reza
Aku tidak tahu,
kenapa dia kelihatan tidak begitu suka padaku. Padahal aku berusaha bersikap
ramah padanya. Dia jarang bergaul , temannya tidak banyak, cuek, pendiam . Tapi
dia pintar . Aku ingin berdiskusi dengannya tentang masalah ekonomi karena aku
suka pelajaran ekonomi.Tapi dia selalu menghindar dan selalu acuh tak acuh
padaku.
Ketika hendak ke toilet pas jam istirahat, aku
mendengar suara orang bersenandung. Suaranya begitu merdu ditelingaku.Suasana
saat itu sepi karena murid-murid banyak yang sudah masuk kelas .Tapi aku
penasaran. Aku mencari asal suara itu. Di ditaman sekolah aku melihat sosok
pemuda duduk di bangku taman dengan earphone ditelinganya. Dia sedang
bernyanyi yang aku tak tahu apa judulnya
dan siapa penyanyinya. Diam-diam aku memperhatikan . Aku tersenyum geli melihat
tingkahnya yang bagaikan superstar rock
,seolah-olah memegang gitar sedang bernyanyi di panggung. Dia sangat kaget dan gelagapan ketika tahu
ada yang memperhatikannya. Muka nya merah, semerah tomat.
“Udah bel tuh..”
Kataku setengah berteriak sambil berusaha menahan senyum ku.
“Kamu ngapain
disitu? Mata-matain aku ya?” Jawabnya ketus.
“Suara mu bagus
gan, Kamu berbakat jadi penyanyi lho.”
“Jangan sok tahu
ah,” Ujar Afgan dengan wajah masih memerah menahan malu ngeloyor pergi.
Tiana....
Sudah 3 hari dia
tidak masuk . Ada apa ya? Apa dia sakit? Kangen ih,...tapi..aaah, ngapain sih
aku mikirin dia? Lagian bukannya enak
gak ada dia. Gak ada yang sok selalu jawab setiap pertanyaan guru, selalu
bertanya di setiap pelajaran. sok perhatian , sok menasehati..
Lama aku
terhanyut dalam lamunanku .Tiba-tiba ada dua perempuan menyebrang jalan.Aku
kaget setengah mati. Aku langsung injak rem. Hampir aja aku menabrak orang!
Haduuuuhhh.. lagian kenapa lagi nyetir malah ngelamunin tuh cewek .
Aku menghela
nafas lega.Untung tadi injak rem .Kalo gak...Lho,Tiana? Cewek yang ada didepan
mobilku itu Tiana kan?
Aku keluar dari
mobilku. Berlari menuju Tiana dan perempuan yang dipapah nya itu dengan wajah
panik.
“Tiana, kamu gak
apa-apa kan? Maaf ya, aku tadi ngelamun , kenapa kamu tidak masuk sekolah? “
“Ibu ku sakit
gan, ini baru pulang dari dokter.” Ujar
Tiana. Wajahnya pucat terlihat kelelahan.
“Aku antar
pulang ya.”
Gadis itu
tersenyum, dan mengangguk.Entah kenapa hatiku bergetar melihatnya.
Rumah Tiana
sederhana sekali namun asri .Di ruang
tamu ada foto keluarga. Tiana, adik perempuannya yang kira-kira menginjak usia
SMP, ayah dan ibunya.
Tiana
menyodorkan secangkir air teh manis padaku. “Makasih ya gan, udah nganterin aku
sama mama. Maaf jadi ngerepotin.”
“Ga papa...malah
aku minta maaf hampir nabrak kamu dan mama kamu.Oya, mama kamu sakit apa?”
Tiba-tiba wajah
manis itu berubah mendung. “ Mama kena
kanker Gan. Sudah setahun mama sakit
kanker rahim” Tiana menghela nafas, berusaha menahan air mata yang keluar.
Aku tertegun,
aku gak tahu apa yang harus kukatakan.
Sejak mama sakit
, perekonomian kami jadi sulit. Karena Papa hanya seorang pegawai negri dengan
gaji pas-pasan . Sedangkan setiap minggu mama harus kemoterapi.
Tania menatapku
kali ini air matanya tumpah tak tertahan. “Maka dari itu aku berusaha belajar
dan belajar setiap hari supaya aku dapat beasiswa dengan begitu aku bisa
mengurangi biaya sekolah. . Aku juga
bantu mengurangi beban papa dengan menulis artikel untuk majalah dan menulis buku.
Melihat keadaan mama , aku ingin jadi dokter gan. Supaya aku bisa obatin mama
tanpa harus memikirkan biaya.Alhamdulillah ada penerbit yang tertarik dengan
tulisanku dan mau menerbitkan buku ku. Mudah-mudahan dengan ini aku bisa
membiayai kuliahku.
Aku
terdiam. Tiana.... maafkan aku. Maafkan
atas sikapku yang buruk dan, prasangka aku
selama ini. Aku merasa malu pada diriku sendiri. Aku hidup berkecukupan, orang
tuaku dokter. Kalau aku sakit ada mama yang mengobatiku. Sedangkan Tiana berjuang sendiri demi orang tuanya, demi
cita-citanya..
Tiana...
Nama itu masih
terus membekas di hati ku. 5 tahun berlalu. Hidupku sekarang berubah.Kamu
benar, bakatku memang menyanyi dan sekarang menjadi panggilan hidupku. Hampir
semua orang mengenal namaku. Aku jadi
orang yang super sibuk. Tapi kamu
dimana? Terakhir aku cari kerumahmu kamu sudah pindah entah kemana. Aku rindu
kamu.. rindu gadis cantik, pintar , berambut panjang yang sudah menginspirasi
aku selama ini...
“Dok, sudah
malam...sebaiknya dokter pulang saja.Biar saya yang jaga malam disini.”
Tiana menguap
sambil merentangkan tangannya. Hari ini di
klinik banyak pasien yang datang berobat. Hari yang cukup melelahkan.
“Makasih ya
suster, kebetulan saya sudah capek. Saya pulang dulu ya.”
Tiana mengayuh
sepedanya. Malam semakin larut. Tiana mengayuh sepedanya kencang-kencang. Ingin
rasanya cepat tiba di rumah dinas dan berbaring di kasur yang empuk.
Tiana melempar
tasnya di kasur , membuka sepatunya setengah hati . Sayup-sayup terdengar suara
radio di ruang tamu dan hati Tiana tercekat...lagu itu...suara
itu..
Tiana langsung
berlari ke arah suara itu . Pak Nana, penjaga rumah sedang duduk sambil memeluk
radio kesayangannya.
“Pak, boleh
pinjam radionya? “ pinta Tiana penuh harap.
“ Boleh,
silahkan neng .” Kata Pak Nana ramah
Tiana masuk ke
kamar. Di peluknya radio itu erat-erat. Lagu itu masih mengalun merdu..
Jika aku bukan
jalanmu..
Kuberhenti
mengharapkanmu...
Jika aku memang
tercipta untukmu....
Ku kan memilikimu...
Jodoh pasti bertemu..
Afgan....
Kamu sudah jadi
penyanyi terkenal sekarang..semua orang
mengenal kamu. Album terbaru kamu yang dikirim adikku selalu aku dengar hampir
setiap hari.. Gan, aku sudah jadi dokter sekarang. Aku bertugas di desa kecil
di Kalimantan. Berat memang , namun aku harus jalani karena warga disini membutuhkanku.
Aku gak pernah lupain kamu .Ada rasa yang
aku pendam selama ini , yang aku rasakan sejak bertemu kamu di SMU dulu.
Dan kalau Tuhan ijinkan, semoga suatu saat kita bisa bertemu....
No comments:
Post a Comment